Pemuja Berita - Ini Spyware WhatsApp Paling Mengerikan: Pegasus. Spyware atau software mata-mata yang satu ini memang bukan sembarangan. Sampai-sampai pihak WhatsApp mengajukan gugatan hukum pada pembuatnya. Barangkali sudah ada yang bisa menebak? Ya, spyware itu adalah Pegasus buatan perusahaan asal Israel, NSO Group.
Eksistensi Pegasus diketahui pada Agustus 2016 saat kabarnya ia digunakan untuk memata-matai aktivis di Uni Emirat Arab. Pegasus juga dikaitkan dengan kematian reporter Washington Post, Jamal Khashoggi dan untuk melacak gembong narkoba Meksiko, Joaquin Guzman.
Spyware yang dibicarakan di sini menginfeksi lewat fitur telepon WhatsApp pada versi Android maupun di iOS. Hebatnya, meski menginfeksi lewat jalur fitur telepon WhatsApp, spyware tetap bisa menyusup meski telepon yang masuk itu tak dijawab korban. Sungguh sebuah kejahatan siber yang mengerikan.
Bahkan dalam sejumlah kasus, panggilan telepon yang tak terjawab itu bisa hilang dari log sehingga pengguna WhatsApp tidak pernah menyadari adanya telepon tersebut. Spyware itu dapat mengakses beragam informasi pribadi pengguna, dari pesan teks sampai data lokasi.
Kemudian, ia dapat menghapus bukti eksistensi dirinya. Besar kemungkinan, para target tidak mengetahui bahwa smartphone mereka telah dimata-matai. Profesi korbannya bermacam, dari mulai aktivis kemanusiaan, jurnalis, pengacara dan sejumlah profesi lain.
Dikutip detikINET dari Guardian, Sabtu (28/11/2020) Pegasus terdeteksi digunakan di 45 negara termasuk Arab Saudi, Meksiko,Bahrain, Kazakhstan dan Uni Emirat Arab. NSO mengatakan mereka juga mendapat kontrak di 21 negara Uni Eropa.
BACA JUGA : OPPO A53 Punya Layar 90Hz, Apa Bedanya Dibandingkan Layar Biasa?
Berkantor pusat di Gerzlia, Israel, NSO Group didirikan oleh Imri Lavie dan Shalev Hulio yang juga pemegang saham. Hulio pernah bekerja di militer dan Lavie dulunya pegawai pemerintah Israel.
NSO pun sering dikait-kaitkan dengan pemerintah Israel. Sedikitnya tiga dari karyawannya bekerja di Unit 8200, lembaga keamanan pemerintah Israel semacam National Security Agency di Amerika Serikat. Bahkan ada pula yang bekerja di Mossad.
"Kami menjual Pegasus dalam rangka mencegah kriminal dan teror," sebut Hulio. Ia menyatakan lembaga intelijen mendatangi mereka karena kurang mampu lagi melacak data penting dari smartphone versi baru. Jadi Pegasus menurut mereka bukan untuk mengacak-acak WhatsApp.
NSO Group sudah menepis keterlibatannya dalam serangan WhatsApp. "Dalam keadaan seperti apapun tak mungkin NSO terlibat dalam operasi ataupun mengidentifikasi target menggunakan teknologinya, yang hanya dioperasikan oleh badan intelijen atau penegak hukum (dari sebuah negara)," tulis NSO Group dalam pernyataannya.
WhatsApp sendiri sudah menambal celah keamanan yang memungkinkan Pegasus menyusup lewat video call. Namun demikian, tentu Pegasus bisa dipercanggih lagi. Maka walaupun sudah ada penjelasan dari NSO Group, Facebook pun melancarkan gugatan pada beberapa waktu silam.
Facebook melakukan investigasi bersama Citizen Lab, sebuah kelompok pemantau independen yang pertama menyadari adanya celah keamanan WhatsApp yang bisa dieksploitasi ini. Terungkap bahwa setidaknya ada 1.400 orang yang menjadi target dalam serangan oleh Pegasus tersebut.
Dalam gugatannya, Pegasus disebut mempunyai kemampuan mata-mata dalam tiga level. Yaitu data ekstraksi, pemantauan pasif, dan pengumpulan data secara aktif.
"Pegasus didesain, salah satu bagiannya, untuk mengintersepsi komunikasi yang dikirim dan diterima dari perangkat, termasuk komunikasi melalui iMessage, Skype, Telegram, WeChat, Facebook Messenger, WhatsApp, dan lainnya," tulis WhatsApp dalam keterangannya.
Ini berarti sebenarnya Pegasus tak cuma menginfeksi WhatsApp, melainkan juga bermacam aplikasi pengiriman pesan populer lain. Tak cuma itu, Pegasus pun bisa menyusup tanpa jejak, dengan konsumsi baterai yang minimal agar tak menimbulkan kecurigaan.
Sejauh ini, belum ada keputusan pengadilan soal apakah NSO Group bersalah atau tidak. Yang pasti, mereka telah menciptakan spyware yang menakutkan. Daftar TiketQQ
0 Comments