Pemuja Berita - Menakar Dampak Kemenangan Taliban untuk Indonesia. Kelompok Taliban berhasil menduduki pemerintahan Afganistan. Pakar terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib mengatakan kemenangan Taliban ini bisa memicu semangat kelompok radikal untuk mendirikan negara Islam.

Mulanya, Ridlwan menjelaskan bahwa kemenangan Taliban ini sekaligus menjadi kekalahan ISIS. Selain itu, Taliban sedari dulu memang menolak ISIS yang menciptakan daulah sendiri.

"Taliban tidak setuju dengan ISIS yang menciptakan daulah sendiri, karena itu mereka tidak akan mengijinkan ISIS tumbuh di Afganistan," katanya kepada wartawan, Kamis (19/8/2021).

Kemenangan Taliban ini, menurut Ridlwan, tidak akan secara langsung membuat gerakan terorisme di Indonesia menjadi lebih kuat. Namun kemenangan Taliban bisa menginspirasi kelompok radikal untuk menciptakan negara Islam.

"Secara langsung tidak, tapi spirit atau semangat untuk menciptakan negara Islam tentu bisa termotivasi," tuturnya.

"Tapi bisa menjadi semacam inspirasi atau penumbuh semangat bagi kelompok-kelompok yang ingin mengubah negara Pancasila menjadi negara Islam," sambungnya.

Dia mencontohkan pernyataan sikap kelompok Jama'ah Ansharu Syari'ah (JAS) yang didirikan oleh putra Abu Bakar Baasyir, Abdurahim Baasyir. JAS mensyukuri kemenangan Taliban dan mendukung Taliban menerapkan sistem negara Islam secara Kaafah.

Kendati demikian, dia menilai saat ini Taliban tidak menjadikan Amerika Serikat sebagai musuh seperti saat era 2001 bersama Al-Qaeda.

"Saat ini, Amerika tidak menganggap Taliban sebagai musuh, mereka meninggalkan Afghanistan dan menganggap Taliban adalah problem dalam negeri Afganistan," jelasnya.

BACA JUGA : Kim Jong Un Ucapkan Selamat HUT ke-76 RI ke Jokowi

Taliban Janjikan Pemerintahan yang Berbeda

Sebelumnya, Taliban berjanji untuk tidak melakukan 'balas dendam' terhadap lawan-lawan mereka di Afganistan. Hal itu disampaikan dalam konferensi pers perdana yang mereka gelar.

Dilansir dari AFP, Rabu (18/8/2021), pengumuman Taliban disampaikan setelah kembalinya salah satu pendiri mereka, Mullah Abdul Ghani Baradar, ke Afganistan. Kelompok itu kembali berkuasa setelah digulingkan dalam invasi yang dipimpin AS hampir 20 tahun lalu.

Sejumlah toko di Kabul telah dibuka dan gerilyawan meminta staf pemerintah untuk kembali bekerja. Penduduk bereaksi dengan hati-hati dan beberapa wanita turun ke jalan.

Puluhan ribu orang telah mencoba melarikan diri dari negara itu karena takut terhadap pemerintahan Islam garis keras yang diperkirakan bakal dilakukan Taliban. Mereka takut akan pembalasan langsung karena berpihak pada pemerintah yang didukung Barat yang berkuasa selama dua dekade terakhir.

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan rezim baru akan 'berbeda secara positif' dari masa kepemimpinan mereka pada 1996-2001, yang terkenal dengan kematian rajam dan melarang perempuan bekerja dengan laki-laki.

"Kalau soal ideologi, keyakinan, tidak ada bedanya, tapi kalau kita hitung berdasarkan pengalaman, kedewasaan, dan wawasan, pasti banyak perbedaannya," kata Mujahid. Daftar TiketQQ